Mengenal 1MDB
Aksi
Bersih telah beberapa kali digelar di Malaysia, mendesak reformasi pemerintahan
yang korup. Namun kali ini, fokus tuntutan adalah mundurnya Perdana Menteri
Najib Razak yang tersandung kasus dugaan korupsi lembaga milik negara 1MDB.
1MDB
atau 1Malaysia Development Berhad adalah lembaga investasi Malaysia yang
bercikal bakal dari Otoritas Investasi Terengganu yang didirikan pada 2008
untuk mengembangkan pemasukan sektor minyak negara bagian itu.
Namun,
setelah pemerintah negara bagian Terengganu berubah pikiran terkait dana
investasi ini pada 2009, Najib mengambil alih dan menjadikannya sebagai
perusahaan milik Kementerian Keuangan Malaysia.
Namanya
pun diubah menjadi 1MDB.
Dana
investasi ini menjadi sumber kekisruhan politik di Malaysia karena memiliki
utang sebesar US$10 miliar atau lebih dari Rp141 triliun dalam lima tahun
pertama.
Seperti
dilaporkan oleh harian Straits Times banyak pihak mempertanyakan
langkah-langkah investasi 1MDB di sektor minyak, pembangkit listrik dan
pembelian tanah.
Sebagian
besar utang 1MDB adalah untuk pembelian 13 pembangkit listrik di enam negara,
termasuk di malaysia, dengan harga total sekitar US$4,3 miliar. Harga ini
menurut banyak analis investasi terlalu tinggi.
Namun,
1MDB seringkali berkilah bahwa perusahaan itu sehat karena memiliki aset
bernilai sekitar US$12 miliar. Untuk mengurangi utangnya itu, perusahaan ini
berniat menjual 13 pembangkit listrik, lima di Malaysia dan delapan di luar
negeri.
Sebelumnya
1MDB berniat mendaftarkan aset-aset ini ke pasar saham.
Selain
utang besar, muncul juga tudingan Najib menerima aliran dana dari 1MDB. Harian
Wall Street Journal menyebut dana sebesar US$700 juta mengalir ke rekening
pribadi Najib pada 2013 selama masa kampanye pemilu di Malaysia.
Kepolisian diraja Malaysia pada Rabu, 8/7/2015 melakukan
penggeledahan paksa terhadap perusahaan investasi negara malaysia, 1MDB ,
tekait dugaan aliran dana ke rekening pribadi Perdana Menteri Malaysia Najib
Razak.
Perdana menteri Najib dituduh telah menggunakan uang
perusahaan negara untuk "kepentingan pribadi". Tuduhan ini pertama
kali dilaporkan oleh surat kabar Wall Street Journal pekan lalu. Laporan
tersebut mengatakan, jika perusahaan 1MDB telah menyalurkan dana sekitar US$700
juta ke rekening-rekening pribadi Perdana Menteri Najib Razak.
Atas laporan yang dimuat oleh WSJ tersebut, satuan tugas
yang terdiri dari gubernur Bank Negara Malaysia, jaksa agung, kepala kepolisian
Malaysia dan Komisi Pencegahan Korupsi melakukan penggeledahan. Dalam
penggeledahan tersebut, Satuan tugas membekukan enam rekening bank dan menyita
dokumen berkaitan dengan 17 rekening di dua bank untuk membantu penyelidikan.
Perdana Menteri Najib Razak sendiri saat penggeledahan
terjadi tengah menghadiri suatu acara di ibu kota pemerintahan Putrajaya. Dalam
pidatonya, ia menegaskan penolakkannya terhadap tuduhan tersebut dan
menganggapnya "tidak berdasar" ia menilai kasus ini merupakan
sabotase politik. Ia juga membantah menggunakan uang perusahaan negara untuk "
kepentingan pribadi ".
Ia justru menuduh mantan PM Mahathir Mohamad bekerja erat dengan
pihak asing untuk melancarkan kampanye untuk menggulingkannya. Oleh sebab itu
ia memerintahkan tim pengacaranya untuk mengkaji tulisan Wall Street Journal
mengenai dirinya.
Skandal keuangan yang melibatkan Perdana Menteri Malaysia terus
membayangi bursa keuangan dan politik negara itu setahun setelah dugaan
penyalahgunaan dana tersebut dibongkar.
Sorotan terbesar jatuh pada perusahaan investasi negara Malaysia, 1Malaysia Development Berhad (1MDB), setelah laporan media tahun lalu mengangkat tuduhan bahwa jutaan dolar telah disetorkan ke rekening pribadi Perdana Menteri Malaysia Najib Razak.
Najib telah berulang kali membantah melakukan kesalahan dan Jaksa Agung Malaysia mengatakan dana ini merupakan sumbangan pribadi dari keluarga Kerajaan Arab Saudi.
Tapi dalam seminggu terakhir, dana investasi internasional Abu Dhabi mengumumkan 1MDB menunggak hutang $ 1,1 miliar.
Sorotan terbesar jatuh pada perusahaan investasi negara Malaysia, 1Malaysia Development Berhad (1MDB), setelah laporan media tahun lalu mengangkat tuduhan bahwa jutaan dolar telah disetorkan ke rekening pribadi Perdana Menteri Malaysia Najib Razak.
Najib telah berulang kali membantah melakukan kesalahan dan Jaksa Agung Malaysia mengatakan dana ini merupakan sumbangan pribadi dari keluarga Kerajaan Arab Saudi.
Tapi dalam seminggu terakhir, dana investasi internasional Abu Dhabi mengumumkan 1MDB menunggak hutang $ 1,1 miliar.
Kementerian Keuangan
Malaysia dengan cepat menanggapi bahwa perusahaan itu akan mematuhi
kewajibannya dalam bursa keuangan yang terkait dengan dana investasi tersebut
dan memiliki dana cair yang cukup untuk melakukannya.
Kasus
diatas masuk dalam menyalahi prinsip etika profesi akuntansi sebagai berikut :
1. Tanggung
Jawab Profesi, karena Perdana Menteri tidak memelihara kepercayaan masyarakat
dan tidak menjalankan tanggung jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri.
2. Kepentingan
Publik, karena Perdana Menteri tidak senantiasa bertindak dalam kerangka
pelayanan kepada public, mwnghormati kepercayaan public, dan menunjukkan
komitmen atas profesionalismenya. Public yang dimaksud yaitu terdiri dari
klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi kerja, pegawai, investor, dunia
bisnis dan keuangan.
3. Integritas,
karena Perdana Menteri tidak memelihara dan meningkatkan kepercayaan public.
4. Objektivitas,
karena Perdana Menteri diduga memasukkan aliran dana perusahaan ke rekening
pribadinya.
5. Perilaku
Profesional, karena Perdana Menteri harus berperilaku konsisten dengan reputasi
profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
Sumber
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar